PEMBABAKAN SEJARAH
PENGERTIAN
PEMBABAKAN SEJARAH
Pada hakekatnya masalah pembabakan atau periodesasi
sejarah bukanlah sekedar menentukan batas awal dan batas akhir, atau pembagian
babak satu, dua dan tiga; melainkan juga harus menjelaskan alasan-alasan
rasional, yang berkaitan erat konsep pemenggalan waktu tersebut, termasuk
konsep ruang (spatial) dan waktu (temporal). Artinya harus jelas tempat atau
ruang di mana peristiwa itu terjadi dan kapan terjadinya. Kalau konsep serta
argumentasinya tidak jelas, maka akan terjadi kerancuan, bahkan kekacauan.
v
Sejarah menggambarkan perkembangan kehidupan manusia
dalam batasan ruang dan waktu
v
Waktu (tempo/time) merupakan proses kelangsungan dan
waktu (duration) merupakan kesatuan dari 3 dimensi yakni waktu lalu, waktu
sekarang, dan waktu yang akan datang
v
Pembabakan (periodisasi) merupakan serialisasi
rangkaian waktu menurut urutan jaman
v
Maksud dilakukan periodisasi adalah untuk melihat
tinjauan menyeluruh terhadap peristiwa-peristiwa dan hubungannya dengan
aspek-aspek lain yang terkait .
DASAR
PEMBABAKAN SEJARAH: DIMENSI SPASIAL (RUANG),TEMPORAL (WAKTU), DAN TEMATIS
—
Masa
lampau baru mempunyai arti dalam sejarah jika ada pembatasan. Pembatasan yang
paling awal adalah pembatasan berdasarkan waktu.
—
Jaman
Sejarah adalah masa dimana jejak
peradaban manusia ditemukan dalam bentuk bukti-bukti tertulis.
—
Jaman
Prasejarah adalah masa dimana bukti-bukti peradaban manusia ditemukan dalam
bentuk tidak tertulis (benda seni, alat-alat batu, bangunan, dlsb)
Pada awalnya pembabakan Sejarah
Indonesia disusun mengikuti pembabakan yang telah dibuat oleh para sejarawan
Kolonial Belanda, khususnya buku Geschiedenis van Nederlandsch-Indië (terbit
pertama kali tahun 1939) karya Stapel dkk. Ternyata pembabakan “tiruan” itu
selain banyak mengundang kritikan karena dinilai tidak cocok dengan semangat
“Indonesia Sentris” yang berkembang waktu itu. Masalah pembabakan itu kemudian
dibawa ke dalam Kongres Nasional Sejarah pada tahun 1957 yang kemudian
dibicarakana lagi pada Seminar Nasional Sejarah ke-2 tahun 1970. Salah satu
keputusan dari Seminar Nasional Sejarah yang kedua itu adalah penulisan Sejarah
Nasional Indonesia yang diharapkan nantinya menjadi semacam buku baboon sejarah
Indonesia.
Berdasarkan keputusan akhirnya pada pertengahan dekade 1970-an terbit buku
“Sejarah Nasional Indonesia” terdiri dari enam jilid, yang diterbitkan oleh
Balai Pustaka-Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Pada
cetakan pertama, duduk sebagai editor umum adalah Sartono Kartodirdjo, Marwati
Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto. Dalam “pemutakhiran yang
dilakukan pada tahun 1984, susunan editornya berubah menjadi Marwati Djoened
Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto. Ada pun susunan pembabakannya berdasarkan
cetakan kedelapan tahun 1993 adalah sebagai berikut:
Jilid I Jaman Prasejarah di Indonesia
Jilid II Jaman Kuno (awal M – 1500 M)
Jilid III Jaman Pertumbuhan dan Perkembangan
Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia (±1500-1800)
Jilid IV Abad Kesembilanbelas (± 1800-1900)
Jilid V Jaman Kebangkitan Nasional dan Masa Akhir
Hindia Belanda (±1900-1942)
Jilid VI Jaman Jepang dan Jaman Republik
Indonesia (±1942-1984)
Ternyata terbitnya buku Sejarah
Nasional Indonesia tidak menyelesaikan permasalahan yang ada. Selain banyak
yang pro dan kotra terhadap buku tersebut, juga dalam praktiknya masaih banyak
buku ajar sejarah, terutama untuk sekolah-sekolah menengah yang terpengaruh
oleh tulisan Stapel dkk, atau tidak jelas dalam pembabakaannya. Sebagai contoh
kesalahan dalam membuat pembabakan itu nampak pada buku ajar Sejarah Indonesia
untuk SMU yang diterbitkan oleh penerbit Bumi Aksara. Penulis buku itu membagi
periodisasi Sejarah Indonesia sebagai berikut:
Zaman Prasejarah, yaitu zaman ketika orang belum
mengenal tulisan yang diakhir pada abad ke-4 Masehi
Zaman Proto Sejarah yaitu zaman ambang sejarah.
Pasa zaman ini sudah ada tulisan-tulisan, tetapi sumber tulisan itu dari
luar negeri dan beritanya samar-samar.
Zaman Sejarah, yaitu zaman di mana orang sudah
mengenal tulisan, yang memberi keterangan tetang peristiwa-peristiwa masa
lampau.
a.Indonesia
abad ke-1 s/d abad ke-14 disebut Zaman Kuno yang membicarakan masa
berkembangnya kebudayaan Indonesia yang dipengaruhi agama Hindu dan Buda
b.Indonesia abad ke-15 s/d abad ke -18 disebut Zaman Baru yang membicarakan
masa berkembangnya budaya Islam sampai jatuhnya Mataram dan Banten ke tangan
imperialis Belanda
c. Indonesia
sesudah abad18 disebut Zaman Modern Dari contoh
ini terlihat penulis buku tidak konsisten dengan konsep yang dibuatnya dalam
menentukan periodisasi. Dia menyebutkan bahwa sejarah Indonesia dimulai sejak
abad ke-4 Masehi, yaitu dengan ditemukannya tulisan (hal yang sudah menjadi
kesepakatan umum). Jadi dasar pembabakannya itu jelas adalah adanya bukti
tertulis atau budaya aksara. Pada babak ke-1 “Zaman Prasejarah” konsep itu
tercermin cukup jelas. Namun pada babak ke-2 “Zaman Proto Sejarah” konsepnya
itu menjadi kabur. Babak kedua ini tidak lagi didasarkan pada keberadaan bukti
tertulis itu sendiri melainkan atas dasar asal bukti tertulis tersebut, yaitu
dalam negeri (kepulauan Indonesia) dan luar negeri (luar kepulauan Indonesia).
Ketidak jelasan itu juga terlihat pada babak ke-3 “Zaman Sejarah”. Meskipun
zaman ini disebutkan dimulai sejak abad ke-4 M, namun dalam sub “a” yang diberi
nama “Zaman Kuno”, dia menyebutkan bahwa zaman kuno yang nota bene tercakup
dalam zaman sejarah, diawali pada abad pertama Masehi (kemungkinan besar
kesalahan ini karena dia mengutip begitu saja pembabakan yang ada dalam buku
Sejarah Nasional Indonesia).
Terlepas dari masih adanya polemic
sekitar buku Sejarah Nasional Indonesia yang enam jilid, pembabakan dalam
tulisan sejarah pada hakekatnya dapat disusun berdasarkan kronologis atau
tematis. Susunan secara kronologis artinya setiap babak disusun berdasarkan
penggalan-penggalan waktu kejadian sebenarnya. Pembabakan secara kronologis ini
terutama sangat membantu untuk penulisan sejarah yang mencakup kurun waktu yang
panjang seperti sejarah umum, sejarah nasional atau sejarah dunia. Misalnya
Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 karya M.C. Ricklefs yang diterbitkan oleh
Serambi tahun 2005. Struktur tulisannya adalah sebagai berikut:
I.
Lahirnya Zaman Modern
II.
Perjuangan Merebut Hegemoni, ± 1630-1800
III.
Pembentukan Negara Jajahan, ± 1800-1910
IV.
Munculnya Konsepsi Indonesia ± 1900-42
V.
Runtuhnya Negara Jajahan ± 1942-50
VI.
Indonesia Merdeka
Sedangkan pembabakan secara tematis akan sangat
membantu jika tulisan sejarah itu semacam studi kasus atau kajian khusus yang
durasinya relative singkat namun permasalahannya cukup rumit dan mendalam.
Contoh tulisan itu antara lain Pemberontakan Petani Banten 1888 karya Sartono
Kartodirdjo yang diterbitkan oleh penerbit Pustaka Jaya tahun 1984. Ada pun
struktur penulisannya adalah sebagai berikut:
Bab I Pengantar
Bab II Latar Belakang Sosio-Ekonomis
Bab III Perkembangan Politik
Bab IV Keresahan Sosial
Bab V Kebangunan Agama
Bab VI Gerakan Pemberontakan
Bab VII Pemberontakan Dimulai
Bab VIII Penumpasan Pemberontakan dan Kelanjutannya
Bab IX Kelanjutan Pemberontakan
Bab X Akhir Kata
KESIMPULAN
Pembabakan sejarah merupakan serialisasi rangkaian waktu menurut urutan jaman dan harus jelas
tempat atau ruang di mana peristiwa itu terjadi dan kapan terjadinya.
Babakan waktu sejarah
membuat kita lebih mudah mengerti dan mengingat tentang sejarah.karena
ceritanya menjadi lebih singkat dan jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, R. Moh. 2005. Pengantar
Ilmu Sejarah Indonesia. Yogyakarta: PT Lkis Pelangi Aksara.
Drs. Hugiono dkk. 1992.
Pengantar Ilmu Sejarah. Semarang: PT Bina Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar